Sebagai hasil penelitian, hanya 43,7% dari pasien positif HPV dengan hasil NILM yang menerima pengujian lanjutan dalam waktu yang dianjurkan, menunjukkan adanya kesenjangan dalam kepatuhan terhadap pedoman. Berbagai faktor sosial dan demografis mempengaruhi kemungkinan pengujian, dengan perlunya peningkatan dalam proses pelaksanaan pedoman penyaringan kanker serviks.
Sebuah studi baru mencatat bahwa kurang dari 50% pasien positif human papillomavirus (HPV) dengan hasil sitologi negatif untuk lesi atau keganasan (NILM) menerima tes tindak lanjut yang dianjurkan dalam jangka waktu yang ditentukan. Hanya 43,7% dari pasien yang terlibat dalam survei pertama mendapatkan tes hingga akhir periode survei. Berbagai faktor, termasuk usia, ras, dan jenis asuransi, berpengaruh pada kemungkinan pasien menjalani tes. Penelitian ini menyoroti perlunya peningkatan dalam kepatuhan terhadap pedoman deteksi dini kanker serviks untuk mencegah hasil buruk yang tidak diinginkan.
Penyaringan kanker serviks bertujuan untuk mendeteksi lesi prakanker yang dapat diobati sebelum berkembang menjadi kanker. Panduan dari American Society for Colposcopy and Cervical Pathology (ASCCP) menetapkan tata cara manajemen hasil penyaringan abnormal. Namun, penerapan pedoman ini tidak merata, dengan bukti menunjukkan ketidakpatuhan yang signifikan di kalangan pasien positif HPV. Penelitian ini menganalisis data pasien di berbagai sistem kesehatan untuk memahami dan memitigasi kesenjangan dalam penyaringan.
Studi ini menemukan bahwa banyak pasien positif HPV dengan hasil NILM tidak menerima pengujian lanjutan yang dianjurkan, berpotensi mengarah pada hasil kanker yang buruk. Hanya sebagian kecil dari pasien yang menjalani pemeriksaan lanjutan dalam dua tahun, menunjukkan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan implementasi pedoman penyaringan kanker serviks. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui cara meningkatkan tingkat deteksi dan pemantauan pasien.
Sumber Asli: www.contemporaryobgyn.net